Beberapa waktu lalu Presiden Yudhoyono (SBY) menyatakan tak ada broker untuk masuk kabinetnya. Namun pernyataan tersebut agak susah dibuktikan konsistensinya mengingat Presiden juga manusia biasa yang tak lepas dari lingkungan sosialnya. Presiden tentu punya lingkar orang kepercayaan, dari yang paling punya kedekatan sosial-emosional, hingga yang punya kedekatan secara politis.
Orang-orang di lingkungan lingkar utama RI-1 ini bisa jadi besar pengaruhnya dalam pengambilan keputusan SBY. Dalam kaitan itu, sampai saat ini setidaknya belum jelas apa saja kriteria rinci untuk memilih anggota kabinet. Hal yang paling umum disebutkan kepada khalayak untuk melaksanakan hak prerogatif Presiden itu adalah soal kapabilitas dan akseptabilitas dari kandidat yang bersangkutan.
Masyarakat hanya menduga-duga bahwa semestinya Presiden punya semacam indeks guna menentukan apakah akan merekrut seseorang menjadi anggota kabinetnya dan menempatkannya di pos tertentu. Hal ini mengingat perusahaan yang skala cakupannya sangat mikro saja biasanya melakukan seleksi saat mau menambah atau mempromosikan pegawai.
Jelasnya lembaga kepresidenan yang menentukan nasib 250 juta warga negeri ini tentu mempunyai prosedur dan mekanisme seleksi yang bisa dipertanggungjawabkan. Prosedur dan mekanisme yang sebaiknya bisa merinci, terutama terkait definisi kapabilitas dan langkah operasional teknis pengukuran objektifnya yang sesuai dengan kaidah ilmiah.
Jadi alangkah baiknya anggota kabinet mendatang juga dipilih secara profesional setelah lolos saringan awal. Dalam proses selanjutnya dilakukan peneropongan potensi intelektual, preferensi kepribadian, dan kemampuan manajerialnya secara detil untuk menentukan cocok tidaknya sang kandidat menduduki satu jabatan menteri atau pos tertentu dalam kabinet.
Tak Kalah Pentingnya
Cara ini bisa sangat membantu teruta
... baca selengkapnya di Seleksi Profesional, Kabinet Profesional - Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor 1